
Pada tahun-tahun itu acara Festival Film Indonesia masih diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan film Indonesia pada saat itu. Tetapi karena satu dan lain hal perfilman Indonesia semakin jeblok pada tahun 90-an yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema yang khusus orang dewasa. Pada saat itu film Indonesia sudah tidak menjadi tuan rumah lagi di negara sendiri. Film-film dari Hollywood dan Hong Kong telah merebut posisi tersebut.
Hal tersebut berlangsung sampai pada awal abad baru, muncul film Petualangan Sherina yang diperankan oleh Sherina Munaf, penyanyi cilik penuh bakat Indonesia. Film ini sebenarnya adalah film musikal yang diperuntukkan kepada anak-anak. Riri Riza dan Mira Lesmana yang berada di belakang layar berhasil membuat film ini menjadi tonggak kebangkitan kembali perfilman Indonesia. Antrian panjang di bioskop selama sebulan lebih menandakan kesuksesan film secara komersil.

Tersebut juga film-film Garin Nugroho yang lainnya, seperti Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, juga ada film Marsinah yang penuh kontroversi karena diangkat dari kisah nyata. Selain itu juga ada film film seperti Beth, Novel tanpa huruf R, Kwaliteit 2 yang turut serta meramaikan kembali kebangkitan film Indonesia. Festival Film Indonesia juga kembali diadakan pada tahun 2004 setelah vakum selama 12 tahun.
Saat ini dapat dikatakan dunia perfilman Indonesia tengah menggeliat bangun. Masyarakat Indonesia mulai mengganggap film Indonesia sebagai sebuah pilihan di samping film-film Hollywood. Walaupun variasi genre filmnya masih sangat terbatas, tetapi arah menuju ke sana telah terlihat.
Sejarah

Hari Film Nasional Usung Tema "Merajut Kebersamaan"
Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Perfilman Kementerian Budaya dan Pariwisata (Kemenbudpar) mengusung tema "Merajut Kebersamaan" pada perayaan Hari Film Nasional (HFN) 2010, guna menggagas peningkatan kualitas dan kuantitas film Indonesia.
"Tema itu untuk mewujudkan saling mendukung dalam rangka peningkatan perfilman Nasional," kata Direktur Perfilman Kemenbudpar, Ukus Kuswara dalam pers rilis di Jakarta, Selasa.
Ukus mengatakan seluruh pihak terkait harus saling mendukung dan bekerja sama guna menciptakan iklim kondusif untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perfilman Nasional.
Dengan demikian, Direktorat Perfilman menjadikan Hari Perfilman Nasional sebagai momentum untuk menggalang kerjasama dalam meningkatkan citra perfilman Indonesia.
Direktorat Perfilman Kemenbudpar juga menggelar acara Apresiasi dan Diskusi Film sebagai forum apresiasi terhadap karya film Indonesia terbaik, serta diskusi bersama sejumlah artis dan sutradara peraih Piala Citra.
Agenda Forum Apresiasi dan Diskusi itu digelar pada tiga kota, yakni Bali (21/3), Tasikmalaya, Jawa Barat (23/3) dan Cirebon, Jawa Barat (25/3).
"Kami beri kesempatan kepada masyarakat di daerah untuk mengetahui perkembangan perfilman Nasional," ujar Ukus.
Direktorat Perfilman juga menggelar kegiatan terkait Hari Perfilman Nasional itu, yakni Sarasehan Komunitas Film Se-Indonesia, Forum Film Makers, dan seminar bertema "Menuju Grand Desain Perfilman Nasional".
Diskusi itu membahas langkah pascapemberlakukan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman, termasuk mewujudkan Film Indonesia menjadi "tuan rumah di negeri sendiri" dan "tamu terhormat di negara lain.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik sempat menuturkan Hari Film merupakan momen penting bagi sineas perfilman untuk mewujudkan kreasi perfilman Indonesia dan membentuk karakter bangsa melalui Film Nasional.
SUMBER
Grafik Perkembangan Jumlah Produksi Film Indonesia Dalam 10 Tahun Terakhir

hai berbagi media, kalo boleh tau grafik yg ada diatas itu grafik semua film (termasuk film indie) atau film yg di bioskop saja ya? butuh info utk buat tugas akhir :)
BalasHapusditunggu feedbacknya ya :)
thankyou